Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Monitoring Pembangunan Pasca Tsunami di Nias oleh PERDHAKI

Selama dua tahun sudah terlaksana “Program bantuan untuk monitoring berbasis komunitas progam rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh-Nias“ (small grants delivery for civil society organizations in Aceh and Nias community based monitoring on rehabilitation and recontruction) sejak Februari 2008 s/d Januari 2009. Selain berupa grant, program ini juga merupakan program kolaborasi dengan lembaga dunia (UNDP – United Nations Development Programme), lembaga sosial Perhimpunan Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM), Qualiva Prima, juga pemerintah kabupaten di Aceh dan Nias (DPRD, Bapeda, Pemkab, pembkot, kecamatan, kelurahan, desa, dan jajaran SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) seperti dinas-dinas setempat.

Bentuk mitra konsorsium bersama adalah PPKM, gabungan lembaga-lembaga PPKM, Bina Desa, Bina Swadaya dan Perdhaki, dan wilayah program adalah Aceh dan Nias. Perdhaki Pusat bekerja sama dengan kelompok masyarakat di Nias dan Nias Selatan bersama dengan Perdhaki Wilayah Sibolga. Perdhaki mengelola seluruh wilayah Nias yang meliputi kabupaten Nias dan Nias Selatan dengan 10 desa.

scan0002TABEL PEMANTAUAN

Pembagian peran kerja sama dan implementasi program adalah demikian:
*PPKM sebagai manajer program di level pusat (Jakarta), Perdhaki Pusat sebagai Koordinator program bekerja sama dengan Perdhaki Wilayah Sibolga Nias sebagai fasilitator (Bp. Ya’aman Telaumbanua) dan Administrator (Jeni Hura). Di tingkat Pusat jejaring /kolaborasi antara Perdhaki, Bina Desa, Bina Swadaya dan PPKM meliputi hal program, diseminasi, serta koordinasi pencapaian dan masalah program.
*Adapun di tingkat wilayah, Bina Desa dan Bina Swadaya mengelola daerah Aceh, sedangkan Perdhaki mengelola Nias. Pelaksanaan di tingkat wilayah dilakukan oleh Fasilitator dan Administrator, yang menjalankan program sekaligus mendampingi kelompok.

Dari hasil monitoring program ini ditemukan antara lain:
a. Hasil pemantauan pembangunan oleh kelompok, antara lain :
1. Bantuan pembangunan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) masih menemukan ± 20 KK rumah rusak total, tapi belum tersentuh bantuan;
2. Handtractor yang diperuntukkan bagi kelompok Tani Serasi belum rusak akan tetapi telah diperpinjamkan oleh oknum tertentu Kepada Desa Hilisebua
3. Pembangunan rekonstruksi gedung SMP Negeri 1 di Desa Hiliweto Gido oleh WVI (World Vision Indonesia) pada kenyataannya belum terlaksana
4. Saluran Irigasi Torowa yang sebagian rusak/roboh, sabagian pembangunannya belum selesai oleh BRR
5. Handtractor dari UNDP: 2 unit hilang dan 1 unit rusak
6. Pembangunan Rumah Ibadah oleh BRR yang belum selesai sebanyak 4 bangunan dan hanya 50 % dari BRR sedangkan yang 50 % merupakan swadaya masyarakat
7. Bantuan di SMPN 3 Bawolato oleh ILO – IPEC sampai sekarang belum jelas kegiatannya
8. Pembangunan sarana air bersih oleh BRR bangunannya tidak kokoh, sambungan pipa lepas dan pembagian air tidak melalui gudang pembagi
9. Pembangunan sarana kesehatan dari BRR masih belum selesai
10. Penanganan sampah pasar Telukdalam
11. Peningkatan ekonomi masyarakat pesisir oleh BRR belum terlaksana.

b. Dampak program
Hasil program pembangunan bagi Nias pasca Tsunami, dimonitor oleh Kelompok masyarakat dengan tools survey. Hasil survey memperlihatkan 10 penilaian dampak program, yaitu ketrampilan, kesejahteraan, hubungan sosial, rasa percaya, partisipasi perempuan, kepedulian, rasa memiliki, memelihara, layanan umum, kebanggan. Analisis dampak memberikan penilaian negatif dan positif. Nilai negatif berarti dampak lebih banyak ke arah individual dalam arti pengaruh pembangunan mempengaruhi nilai-nilai kebersamaan dan lebih dirasakan secara individu. nilai positif berarti dampak ke arah komunal dalam arti pembangunan mempengaruhi nilai kebersamaan/komunitas.

1)Antar desa
Hasil penilaian dampak program antar desa lebih banyak menunjukkan dampak negatif, yaitu ketrampilan, kesejahteraan, hubungan sosial, rasa percaya, partisipasi perempuan, kepedulian dan rasa memiliki; hal ini menunjukkan nilai-nilai lebih cenderung dimiliki secara individual. Sedangkan nilai dampak positif yang menunjukkan komunal yaitu memelihara, layanan umum dan kebanggaan.
Sama juga dengan pendapat kelompok perempuan pengaruh dampak program pembangunan di Nias, lebih banyak nilai negatif yaitu ketrampilan, kesejahteran, hubungan sosial, rasa percaya, partisipasi perempuan, kepedulian. Sedangkan nilai komunal (nilai kebersamaan) hanya memelihara, layanan umum dan kebangaan.

2)Perubahan nilai sosial
• Pada umumnya nilai-nilai komunal seperti rasa memiliki, keinginan memelihara, rasa bangga menjadi lebih menonjol; apalagi tanggapan positif terhadap perbaikan layanan publik di desa, sehingga memberikan harapan akan adanya kepedulian masyarakat untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil dari program.
• Perubahan nilai individual cenderung negatif karena munculnya praktik distribusi program yang kurang adil atau belum merata dinikmati oleh penduduk desa.

3)Program
• Di beberapa desa (Muzoi, Lasara Sawo, Hiliweto Gido, Lahusa, dan Hiliamaetaniha) program Rehabilitasi dan Rekonstruksi menimbulkan dampak positif terhadap nilai-nilai komunitas (kebersamaan), meskipun terjadi pula dampak negatif terhadap perubahan perilaku individual (perseorangan).
• Nilai indeks yang rendah tidak berarti program tidak bermanfaat, tetapi diartikan sebagai kurang memberikan dorongan terjadinya perubahan signifikan.

Dalam hal ini berarti dampak pembangunan di 9 desa di Nias tidak membantu meningkatkan nilai-nilai komunitas / sosial, lebih mempengaruhi nilai dampak individual dan mengurangi nilai kebersamaan yang lebih mengarah kepada pemeliharaan, layanan dan kebanggaan.

Tingkat partisipasi
Keterlibatan masyarakat terhadap program rehab-rekon, dapat dilihat pada tahap :
1. Perencanaan kegiatan: adanya rapat untuk perencanaan, cara mengundang rapat perencanaan, adanya rapat pengambilan keputusan
2. Pelaksanaan kegiatan: seringnya pertemuan kegiatan, keterlibatan perempuan, pembiayaan kegiatan, adanya iuran/swadaya/kontribusi
3. Pengawasan kegiatan: mekanisme penyampaian saran
Tingkat partisipasi masyarakat sebagian besar adalah ketika perencanaan, sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan sedang, dan dalam pengawasan kegiatan rendah.

c. Advokasi dan lobby
Advokasi dan lobby dilakukan oleh kelompok masyarakat yang sudah memiliki hasil pemantauan, hasil rekomendasi bersama (tingkat desa/kecamatan dan kabupaten) dibawakan kepada Dinas-dinas setempat yang berkepentingan dalam pembangunan, pemerintah kota, Bantuan Sosial Perbaikan Rumah (BSPR), Bappeda, Dinas koperasi kabupaten Nias, dan kantor camat. Namun hasil advokasi dan lobby belum memberikan hasil karena semua pihak yang berwenang tidak bisa memberikan tindak lanjut hasil pemantuan tersebut.

d. Publikasi
Publikasi dalam bentuk media dan cetak, seperti berupa talk show di radio dengan pihak terkait, tulisan hasil pemantauan di koran, pembuatan bahan-bahan leaflet.

Penutup
Mengakhiri program pada bulan Desember 2009 lalu, hasil-hasil monitoring diberikan kepada pemerintah dan pihak setempat. Hasil monitoring yang dilaksanakan oleh masyarakat ternyata mengubah beberapa pendapat tentang ke-ignore-an dan ketidakmampuan masyarakat dalam melakukan pemantuan terhadap pembangunan di wilayahnya sendiri dan advokasi kepada pihak setempat. Program ini membuktikan melalui 10 kelompok yang menjadi kemampuan memantau hasil pembangunan pasca tsunami dengan melakukan survei, menyajikan hasil, melakukan lobi / advokasi dan publikasi sendiri. Hasil yang terutama dirasakan oleh masyarakat adalah peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola organisasi kelompok secara sederhana, seperti membuat perencanaan, menghitung budget, bahkan keterlibatan wanita dalam sebuah organisasi masyarakat.

Program ini memberi banyak pembelajaran terutama mengenai program kemitraan dan jejaring dengan beberapa lembaga, pemerintahan dan kelompok masyarakat, bahkan memenuhi tuntutan hasil-hasil yang akuntabel oleh pihak donor berlevel internasional. (AII)

Sumber : Dokumen laporan ERTR Perdhaki Nias, PPKM.

Translate »