Gempa dengan kekuatan 6,4 SR mengguncang Lombok pada hari Minggu 29 Juli lalu. Meski tidak sampai terjadi tsunami, ratusan bangunan roboh, akses jalan terputus karena longsor, dan jatuh banyak korban luka hingga meninggal dunia. Gempa yang terjadi pukul 05.47 WIB ini juga dirasakan di Bali dan sekitarnya.
Tanpa membuang waktu, RS Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ Surabaya) menyiapkan tim medis untuk “turun” ke lapangan. Hanya berselang 2 (dua) hari, di hari Selasa tgl 31 Juli, tim medis RKZ sudah berada di Lombok siap mengulurkan tangan untuk meringankan penderitaan sesama yang terkena bencana. Tim perdana ini terdiri dari 2 (dua) orang dokter, 4 (empat) perawat dan 1 (satu) asisten apoteker, bekerja sama dengan RS Katolilk St. Antonius – Ampenan, memberikan pelayanan kesehatan selama lima hari di beberapa Posko di kecamatan Sembalun yang merupakan area terdampak berat. Setiap pagi tim berangkat ke Posko dan kembali untuk beristirahat di RS Katolik St. Antonius saat menjelang tengah malam.
Melihat situasi mereda, manajemen RKZ menunda keberangkatan tim berikutnya. Namun kemarahan alam rupanya belumlah reda. Minggu malam, tanggal 5 Agustus, gempa lebih besar mengguncang lagi, dengan korban makin banyak. RKZ Surabaya segera mengirimkan tim baksos yang ke dua, mendarat di Lombok tanggal 8 Agustus. Sesuai kebutuhan, tim terdiri dari 1 dokter IGD, 1 perawat Kamar Bedah, 1 perawat anastesi, 2 perawat Rawat Luka.
Selain membantu pelayanan korban di RS Katolik St. Antonius Ampenan, tim ke dua ini Ikut berpartisipasi aktif dalam pelayanan di Rumah Sakit Umum, di Kamar Operasi maupun di tenda-tenda perawatan. Selama di Lombok, tim ini mengalami sendiri gempa-gempa susulan yang datang silih berganti. Satu kali ketika terjadi gempa susulan yang cukup kuat, satu tim operasi termasuk anggota tim medis RKZ terpaksa harus bertahan melanjutkan operasi yang sudah berjalan separuh. Gempa tersebut menyebabkan ruang operasi di Rumah Sakit Umum selanjutnya tidak bisa digunakan lagi, sehingga didatangkanlah container-container untuk operasi. Di saat-saat terakhir sebelum kembali ke Surabaya, tim masih harus bertugas di kamar operasi maupun perawatan korban.
Gempa terus berlanjut, maka berangkatlah tim medis RKZ yang ke tiga pada tanggal 16 Agustus, terdiri dari 1 dokter spesialis orthopedi, 1 perawat anastesi dan 2 perawat lain. Tim ini mengerjakan tindakan operasi sampai pelayanan kesehatan ke posko-posko yang saat itu belum terjangkau bantuan seperti di Gangga yang lokasinya cukup menantang. Malam terakhir sebelum pulang, tim ke tiga RKZ mendapat “bonus” pengalaman gempa 6,5 SR yang seakan menjadi puncak kisah bakti sosialnya. Dalam kegelapan (karena PLN dimatikan dan genset belum berani dinyalakan) mengevakuasi pasien Rumah Sakit ke area parkir dan menjaga pasien semalaman dalam kejutan-kejutan gempa susulan, menjadi pengalaman yang tak mudah terlupakan.
Sampai tulisan ini diturunkan, RKZ Surabaya belum mengirimkan tim medis berikutnya, namun berbagai bantuan dikoordinasikan bersama RSK St. Antonius. Saat-saat baksos menjadi saat-saat berahmat bukan saja bagi mereka yang dilayani, namun semua anggota tim menyatakan bahwa kegiatan pelayanan baksos ini benar-benar memberikan pengalaman yang berharga yang tak terlupakan. Melayani mereka yang menderita sungguh membangkitkan rasa syukur atas segala anugerah yang boleh diterima dan memperkuat rasa persaudaraan serta empati dengan para korban sebagai sesama anak-anak Allah.
Melayani untuk Kehidupan (G… by on Scribd