MONITORING EVALUASI INTEGRASI PR-SR-SSR
Program Malaria PERDHAKI 2016
Program Malaria PERDHAKI, setiap sekali dalam setahun melaksanakan pertemuan evaluasi program. Proses pertemuan evaluasi semester ke 2 dilaksanakan pada tanggal 14 s/d 16 Desember 2016 di Denpasar, Bali. Berbeda dari sebelumnya, kami menyebutnya monev meeting integrasi. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pertemuan monev ini mengundang seluruh staf PR-SR dan SSR tanpa terkecuali. Pertemuan monitoring dan evaluasi ini membahas teknik programatis, keuangan dan logistik serta rencana tindak lanjut yang dilaksanakan pada tahun kedua. Pertemuan yang telah dilakukan dihadiri oleh sekitar 120 peserta, terdiri atas Staf Program Malaria di Perdhaki Pusat, Kepala dan Staf Sub Recipient (SR), Staf Sub-sub Recipient (SSR), yang menjadi pelaku-pelaku aktif pelaksanaan program.
Proses pertemuan berlangsung selama 3 hari dengan agenda pertemuan lebih banyak kepada proses evaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan selama hampir 1 tahun pelaksanaan program. Banyak hambatan dan permasalahan yang teridentifikasi selama periode 1 tahun dalam pelaksanaan program malaria Perdhaki di Kawasan Indonesia Timur. Adapun beberapa hal yang menjadi hambatan al :
a. Konsep awal penegakan diagnosa dengan memberdayakan kader di tingkat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat) sebagai pelaksana penemuan dan pengobatan kasus malaria mendapatkan hambatan karena tidak semua Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten bersedia mendukung dan memberikan payung hukumnya terkait dengan Undang-undang kesehatan. Sebagai solusi, setiap UKBM yang terlibat diwajibkan mempunyai paling tidak satu tenaga kesehatan. Solusi lain yang diambil adalah mengintegrasikan program malaria Perdhaki ini dengan kegiatan MTBSM ( Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat) yang akan diterapkan oleh tenaga UKBM yang sudah mempunyai payung hukum yang lebih jelas.
b. Sulitnya mendapatkan staf yang berkompeten dan memiliki integritas dalam bekerja. Beberapa fungsi staff tidak sesuai dengan kapasitas staff. Hal tersebut dilihat dari CV staf SR yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan serta tampak pada saat pertemuan Monev kemaren, staf-staf tersebut di atas tidak bisa fokus dan “menyerah” pada situasi.
c. Sistem administrasi yang cukup rumit dan ketat, termasuk administrasi personil yang di angkat tim SR mulai dari perekrutan sampai perjanjian kontrak kerja dan juga administrasi / perjanjian kerja PR dan SR dengan segala kelengkapannya. Proses untuk pemberdayaan SDM di SR/SSR dirasa lambat dan memerlukan pendampingan teknis terus menerus.
d. Sistem kerja program Global Fund, menuntut ketaatan untuk menjalankan sistem dan prosedur yang ada, terutama yang berhubungan dengan prosedur keuangan dan ketaatan dalam mengirimkan pelaporan secara tepat waktu.
e. Tingginya biaya trasnportasi serta medan yang secara geografis sulit ditempuh. Hal ini terlihat dari besarnya biaya transportasi yang dibutuhkan untuk menjangkau daerah sasaran. Hampir 60% penyerapan dana kegiatan berasal dari unit cost untuk transportasi.
Meskipun dirasakan masih banyak hambatan di lapangan yang ditemui dari pertemuan Monev ini, namun beberapa pencapaian sudah berhasil diidentifikasi dalam pertemuan ini yaitu :
1. Pencapaian hasil secara kualitatif
Tuntutan ketaatan prosedur pelaksanaan program, prosedur keuangan, mekanisme pelaporan, membuat staf menjadi lebih berkembang kapasitasnya baik dalam mengelola program sampai kepada teknis pelaporan di antaranya :
i. Di tingkat pelaksana program yaitu SR-SSR :
a. Peningkatan kapasitas mitra kerja SDM di berbagai level
b. Peningkatan ketaatan bekerja dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
c. Relasi dan koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas setempat menjadi meningkat.
d. Jaringan kerja yang menguat dengan jajaran gereja lokal sampai ke tokoh-tokoh masyarakat desa yang dilayani.
ii. Di tingkat di Unit Pelayanan kesehatan
a. Standard pelayanan malaria untuk petugas di unit kesehatan Perdhaki
b. Penguatan unit untuk pemeriksaan mikroskopis – mengidentifikasi parasit malaria dalam darah penderita
c. Penguatan SDM untuk tatalaksana malaria mulai dari pemeriksaan sd pengobatan.
iii. Di tingkat masyarakat
a. Adanya partisipasi aktif dr masyarakat setempat dimana UKBM berada untuk terlibat dalam pengendalian malaria.
b. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan pengobatan malaria secara benar dan tepat.
2. Pencapaian secara kuantitatif : Pencapaian ini belum bisa diukur, karena mulai dari pertemuan sampai dengan saat ini, semua team PR-SR dan SSR masih bekerja keras dalam membuat dan mengumpulkan laporan program, keuangan dan logistik.
Di akhir pertemuan, dalam sesi kesepakatan, para peserta pertemuan menyepakati beberapa hal untuk perbaikan pelaksanaan program sebagai berikut:
1. Manajemen :
a. Kesepakatan untuk bekerja dengan orientasi “good value for money”.
b. Peningkatan kerjasama dan keterpaduan laporan ME, Logistik, dan Keuangan lebih optimal.
c. Perhatian pada proses pemberdayaan masyarakat dengan integrasi program malaria dan MTBSM
d. Pengembangan jejaring mitra kerja lokal dan nasional untuk mendukung upaya kesehatan yang berkelanjutan.
2. Monitoring Pelaksanaan Program
a. Outreaching sebagai sarana untuk Eliminasi Malaria harus dilakukan secara rutin sesuai prosedur yang ada.
b. Hasil outreaching perlu dicermati setiap bulan bersama dengan Pengurus UKBM. Bila ada perubahan desa perlu ada persetujuan dari PR.
c. Penegakan ketepatan waktu pelaporan semua divisi pada tanggal 12 bulan berikutnya.
d. Kegiatan penyuluhan “berantai” yang berorientasi kepada preventif, promotif dan kuratif.
3. Sistem Keuangan
a. Peningkatan ketaatan pada sistem dan prosedur keuangan.
4. Sistem Logistik
a. Penegakan sistem pelaporan dan monitoring logistik agar dapat membuat laporan logistik tepat waktu, lengkap dan akurat.
Semua laporan yang direview dan diterima oleh PR ini akan dipresentasikan secara rutin di hadapan seluruh anggota Tehnical Working Group ( TWG ) Malaria dan dikirimkan kepada Global Fund selambat-lambatnya tanggal 15 Februari 2016.
Ditulis AH