PERDHAKI Ajak Umat Lebih Berperan Aktif Dalam Gerakan Masyarakat Sehat

Banten – Kasus stunting di Lebak, Banten tergolong cukup tinggi. Hal ini menjadi fokus Pemerintah Banten dan juga Kementrian Kesehatan (KEMENKES) Republik Indonesia untuk melakukan upaya-upaya dalam menurunkan angka kasus stunting.

Tentulah KEMENKES tidak berjalan sendiri namun juga mengajak kerjasama antar multi sektor  untuk terlibat aktif dalam program ini agar gaung gerakan Indonesia Sehat dapat diinformasikan ke seluruh masyarakat. Perlu penanganan yang komprehensif dengan melibatkan berbagai komponen mulai dari Kepala Daerah, Dinas Kesehatan, petugas medis, posyandu, tokoh agama dan masyarakat.

Peserta terlibat dalam diskusi kelompok

Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) pun ikut andil dalam menjalin kemitraan dengan KEMENKES dalam upaya mengedukasi pencegahan stunting serta menggemakan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dalam karya pelayanannya di bidang kesehatan.

PERDHAKI yang merupakan wadah koordinasi Rumah Sakit dan Klinik Katolik di Indonesia yang mengupayakan nilai-nilai Kristiani senantiasa menjiwai pelaksanaan karya kesehatan ini mengadakan Pertemuan Orientasi Gerakan Masyarakat Sehat yang diadakan di Hotel Bumi Katineung, Rangkasbitung, Lebak-Banten pada tanggal 26-28 Agustus 2019.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk meningkatkan peran serta Gereja dalam mendukung gerakan masyarakat hidup sehat. Diharapkan dalam pertemuan ini, para peserta yang hadir dapat mengetahui dan mengenal Germas, stunting dan imunisasi.

Dalam pertemuan ini pula para peserta yang merupakan umat Katolik di Paroki Santa Maria Tak Bernoda-Rangkasbitung serta Umat stasi Parung Panjang ini diajak dan disiapkan menjadi fasilitator yang terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi dan mendorong agar masyarakat dapat memulai menjalankan gerakan hidup sehat.

Edukasi Mengenai Kesehatan

Pada hari pertama pertemuan, para peserta diajak untuk memahami tentang apa itu stunting, imunisasi serta Germas, materi tersebut diberikan oleh Mahmud, SE, MKES yang merupakan anggota Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Lalu dilanjutkan dengan materi mengenai kemitraan antara PERDHAKI dan KEMENKES dalam program Germas yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif PERDHAKI pusat yaitu dr. Felix Gunawan.

kemitraan antara PERDHAKI dan KEMENKES dalam program Germas yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif PERDHAKI pusat yaitu dr. Felix Gunawan

Pada hari kedua lebih banyak diisi dengan praktek seperti cara berkomunikasi dalam mempromosikan kesehatan kepada masyarakat yang dibawakan oleh Theresia Irawati dari Direktorat Promosi Kesehatan-KEMENKES, ada juga praktek memasak makanan yang bergizi seimbang yang dibawakan oleh perwakilan dari RS Misi Lebak, Dina Yolanda S,Gz.

Lalu dilanjutkan dengan materi mengenai metode penyuluhan berdasarkan proses komunikasi yang dibawakan oleh Medawati Silalahi yang merupakan perwakilan dari PERDHAKI pusat, dalam materi ini para peserta dibagi per-kelompok dan ditugaskan untuk mempraktekan secara langsung bagaimana proses komunikasi yang nantinya akan menjadi bekal ketika terjun ke dalam masyarakat. Peserta-pun diajak untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut yang nantinya akan dijalankan dan diaktualisasikan secara konsisten sesuai dengan peranan mereka sebagai WKRI, Petugas Kesehatan, OMK dan agen penyuluhan di masyarakat.

Peran Gereja Dalam Upaya Germas

Mgr Paskalis Bruno Syukur turut memberikan materi mengenai peran Gereja dalam upaya gerakan masyarakat sehat yang dibawakan pada hari ketiga. Uskup Keuskupan Bogor tersebut menekankan 3 prinsip dasar dalam pelayanan masyarakat yang antara lain adalah;

Pertama, Iman akan Yesus Kristus mestilah menjadi sebuah gerakan kepentingan manusia. Iman harus menjadi sebuah gerakan. Iman akan membuat kita terdorong melakukan sesuatu dengan berlandasakan cinta kasih terhadap makhluk ciptaan-Nya

Kedua, Antropologi Kristiani yang sehat yaitu dengan memandang manusia secara holistik. Artinya, dalam melakukan pelayanan kesehatan kita perlu memperlakukan manusia lain atas dasar kemanusiaan dan cinta kasih, bukannya melihat manusia lain sebatas pada orientasi agama, suku atau ras yang dimiliki. Jika memiliki cara pandang yang keliru maka ini bertentangan dengan apa yang menjadi prinsip iman dalam karya pelayanan.

Ketiga, Kosmologi Kristiani yang sehat yaitu ekologi holistik. Dalam konteks ini adalah kita memiliki prinsip bahwa jika manusia sehat, maka lingkungan juga sehat. Hal ini merujuk kepada peran ekosistem yang juga perlu kita perhatikan. Dengan menjaga lingkungan hidup seperti merawat alam, mengupayakan sanitasi yang bersih serta menjamin kelangsungan makhluk hidup lainnya maka terjadi keseimbangan dan harmonisasi.

Mgr Paskalis juga menekankan akan pelayanan Gereja dalam gerakan hidup sehat yang sifatnya menyeluruh haruslah bercorak promotif dengan mempromosikan pola hidup sehat. Selain promotif, ada pula corak yang preventif yaitu upaya pencegahan agar orang tidak sakit. Corak kuratif yaitu perawatan untuk penyembuhan. Serta bercorak rehabilitatif yang berfokus pada pemulihan badan dan pendampingan rohani terhadap pasien.

Umat Diharapkan Dapat Lebih Berperan Aktif

Ignatius Daria, Anggota PERDHAKI

Ignatius Daria, selaku perwakilan PERDHAKI Wilayah Jabar-Banten yang turut hadir dalam pertemuan berharap agar umat di Keuskupan Bogor dapat lebih berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan khususnya di bidang kesehatan.

Setelah pertemuan ini, para peserta secara langsung akan terjun ke masyarakat untuk memberikan penyuluhan mengenai Germas, imunisasi dan stunting. Pelaksaan akan dilakukan di Parung Panjang pada hari Kamis (29/8/2019) dan di Rangkasbitung pada hari Jumat (30/8/2019)

(tulisan RD David Lerebulan dari website Keuskupan Bogor)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »