Pedoman Gereja Katolik Mengenai Vaksin
Latar Belakang Vaksinasi
Ditemukan oleh Edward Jenner (vaksinasi untuk penyakit cacar (smallpox) pada tahun 1700-an. Vaksin Polio ditemukan pada 1950-an. Untuk mencegah berjangkitnya penyakit menular, vaksin nasi sangat cost-effective (cost saving), sehingga sesuai dengan tujuan preventive medicine. Vaksinasi merupakan satu-satunya tindakan medik yang paling berkontribusi dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian secara global. ( JAMA 2002;288:3155-58)
Efektivitas Vaksin
Cacar dan polio berhasil diberantas di Amerika Serikat, sedangkan insidens beberapa penyakit lain seperti campak dan batuk rejan dapat ditekan sebesar 98-99% dibandingkan dengan data dasar. Vaksin dapat melindungi individu dan masyarakat. Namun masih ada sekitar 50.000 orang per tahun di Amerika meninggal akibat penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin. (Ann Intern Med 2007;147:735-7)
Vaksinasi dewasa ini
Vaksinasi bayi dan anak yang direkomendasikan misalnya : BCG, campak, gondong, rubella, cacar air, polio, difteria, tetanus, pertussis, haemophilus influenza type B, pneumococcus, hepatitis B, rotavirus, dan HPV. Vaksinasi dewasa yang direkomendasikan misalnya : campak, gondong, rubella, tetanus, difteria, cacar air, hepatitis B, hepatitis A, influenza, dan pneumococcus.
Mengapa orang menolak vaksinasi ?
– Hak individu dan tidak percaya pada pemerintah
– Tidak percaya ilmu kedokteran, dan percaya pada penyembuhan alamiah atau “natural healing”
– Efek samping vaksinasi yang faktual
– Nyeri pada lengan, demam, flu-like illnesses, Guillain-Barre Syndrome (1.8 kasus/juta )
– Vaksin pertussis yang lama sering menyebabkan anak demam, menangis, lemas dan kadang-kadang kejang
– Terinfeksi virus yang ada dalam vaksin – the Cutter incident
– Efek samping yang belum terbukti
– sudden infant death syndrome (SIDS), autism, multiple sclerosis, kelainan syaraf
– Vaksin mengandung bahan berbahaya dan dibuat dari janin korban aborsi
Bagaimana jaringan janin yang diaborsi bisa ikut terlibat dalam pembuatan vaksin?
Produksi vaksin diawali dari pengumpulan virus, kemudian virus ditumbuhkan dan diubah dalam laboratorium untuk dibuat strain yang lebih lemah, yang kemudian dilarutkan dalam serum dan dimasukkan ke dalam tubuh manusia.
Proses pembentukan strain virus yang dilemahkan ini memerlukan suatu biakan sel untuk menumbuhkan virus. Biakan sel ini terdiri dari “cell line” atau kelompok sel, yaitu sel yang dapat bermultiplikasi sendiri dan dapat dipertahankan dalam waktu lama di laboratorium. Beberapa sel ini berasal dari hewan, dan beberapa dari janin manusia yang diaborsi.
(http://www.rtl.org/prolife_issues/LifeNotes/VaccinesAbortion_FetalTissue…)
Sampai saat ini, ada dua kelompok sel diploid yang berasal dari jaringan janin yang diaborsi (dilakukan pada tahun 1964 dan 1970) dan digunakan untuk membuat vaksin virus hidup yang dilemahkan yaitu :
• WI-38 line (Winstar Institute 38),
• MRC-5 line (Medical Research Council 5)
Vaksin yang melibatkan kelompok sel manusia yang berasal dari janin yang diaborsi, yaitu WI-38 dan MRC-5
A. Vaksin anti rubella :
• Vaksin monovalen anti rubella Meruvax®!! (Merck) (U.S.), Rudivax® (Sanofi Pasteur, Fr.), and Ervevax® (RA 27/3) (GlaxoSmithKline, Belgium);
• Vaksin kombinasi MR anti rubella dan campak : M-R-VAX® (Merck, US) dan Rudi-Rouvax® (AVP, France);
• Vaksin kombinasi anti rubella dan campak : Biavax®!! (Merck, U.S.),
• Vaksin kombinasi MMR (measles, mumps, rubella) anti rubella, gondok dan campak : M-M-R® II (Merck, US), R.O.R.®, Trimovax® (Sanofi Pasteur, Fr.), and Priorix® (GlaxoSmithKline UK).
B. Vaksin lain yang juga dibuat dengan menggunakan kelompok sel yang berasal dari janin yang diaborsi adalah:
• Vaksin anti hepatitis A, produksi Merck (VAQTA), dan produksi GlaxoSmithKline (HAVRIX), keduanya menggunakan MRC-5;
• Vaksin anti cacar air, Varivax®, diproduksi oleh Merck menggunakan WI-38 dan MRC-5;
• Vaksin anti poliomyelitis, Poliovax® (Aventis-Pasteur, Fr.) dengan menggunakan MRC-5;
• Vaksin anti rabies, Imovax®, diproduksi oleh Aventis Pasteur, dengan menggunakan MRC-5;
• Vaksin anti cacar, AC AM 1000, diproduksi oleh Acambis dengan menggunakan MRC-5, masih dalam penelitian
Vaksin yang menggunakan diploid cells dari bayi yang diaborsi
Disease Vaccine Name Manufacturer Cell Line
MeasesL, Mumps, Rubella MMR II Merck & Company RA273 and WI-38
Rabies Imovax Aventis-Pasteur MRC-5
Hepatitis A Havrix Vaqta GlaxoSmithKlin
Merk & Company MRC-5
Hepatitis A-B Combo Twinrix GlaxoSmithKline MRC-5
Chicken Pox Varivax Merck & Company WI-38
MRC-5
Smallpox Acambis 1000 Acambis MRC-5
Ebola N/A Crucell & N.I.H. PER C6
HIV N/A Merck & Company PER C6
Sepsis Xigris Eli Lilley HEK 293
Flu N/A MedImmune PER C6
Polio Poliovax Aventis-Pasteur MRC-5
Bagaimana pedoman dari Gereja Katolik ?
Pada bulan Juni 2005 Vatican Pontifical Academy for Life mengeluarkan dokumen mengenai Refleksi Moral terhadap Vaksin Yang Diproduksi Dari Janin Manusia Yang Diaborsi
Pedoman Gereja Katolik mengenai Vaksin
1. Secara moral tidak dibenarkan untuk memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan vaksin yang dibuat dari cell lines janin yang diaborsi kerena dapat mendorong dilakukannya aborsi secara sengaja dengan tujuan memproduksi vaksin
2. Kita berkewajiban untuk meminta dan menggunakan vaksin alternatif yang secara moral diproduksi dengan cara yang lebih dapat diterima, bila vaksin alternatif ini ada
3. Dalam hal vaksin yang diproduksi dari cell lines janin yang diaborsi tidak tersedia, secara moral diijinkan untuk menggunakannya dengan sifat “sementara” dan “sejauh vaksin tsb. bermanfaat” untuk kepentingan kesehatan individu dan masyarakat seutuhnya
4. Dapat dibenarkan untuk tidak menggunakan vaksin yang diproduksi dengan menggunakan cell lines janin yang diaborsi, dengan syarat bahwa hal ini dilakukan tanpa menempatkan anak-anak dan secara tidak langsung masyarakat secara umum dalam risiko yang besar untuk kesehatan mereka
5. Kita berkewajiban untuk “melawan dengan segala cara (dengan tulisan, melalui berbagai organisasi, media massa dll) terhadap vaksin yang belum ada alternatifnya yang secara moral dapat diterima, berupaya agar vaksin alternatif disediakan – yang tidak dibuat dengan menggunakan janin yang diaborsi, dan menuntut pengawasan secara legal terhadap pabrik-pabrik farmasi.”
Penyakit Rubella
Virus rubella adalah salah satu virus yang paling berbahaya untuk embrio dan janin. Bila seorang wanita terkena infeksi rubela pada waktu hamil, khususnya pada trimester pertama, maka risiko infeksi terhadap janin sangat tinggi (sekitar 95%). Virus berkembang biak dalam plasenta dan menginfeksi janin, menyebabkan terjadinya kelainan yang disebut dengan Congenital Rubella Syndrome.
Wabah rubella di Amerika Serikat pada tahun 1964 begitu hebat sehingga menyebabkan 20.000 kasus congenital rubella, 11.250 aborsi (baik secara spontan maupun disengaja), 2.100 kematian neonatal, 11.600 kasus ketulian, 3.580 kasus kebutaan, 1.800 kasus mental retardation
Keadaan ini memicu dikembangkannya virus yang efektif melawan rubella, yang dapat mencegah rubella secara efektif
Pendapat Gereja Katolik mengenai vaksin rubella
1. Vaksin rubella (salah satu komponen dari MMR) diproduksi dengan menggunakan cell line bayi yang diaborsi dan tidak ada vaksin alternatifnya untuk saat ini. Jadi butir ketiga dari pedoman di atas dapat diterapkan pada kasus ini.
“The Pontifical Academy for Life menolak pernyataan bahwa Gereja Katolik mempunyai kewajiban moral untuk menolak penggunaan vaksin rubella berdasarkan suara hati dan ajaran Gereja Katolik.
Gereja Katolik mendorong orangtua untuk memberikan vaksinasi anti rubella dan penyakit berat lainnya untuk anak-anak mereka meskipun kelompok sel yang digunakan untuk memproduksi vaksin tsb berasal dari janin yang diaborsi.”
2. Terhadap semua vaksin yang diproduksi dengan menggunakan kelompok sel yang berasal dari janin yang diaborsi, kita mempunyai kewajiban untuk memperjuangkan dikembangkannya vaksin alternatif yang diproduksi dengan cara yang lebih bisa diterima secara moral.
Demikian antara lain yang disampaikan oleh dr. Kiky Kilapong, MSc (dari Komunitas Medik Katolik /KMKI) berdasarkan power point yang disusun oleh dr. Angela N. Abidin, MARS, SpMK dalam pertemuan Forum Komunikasi Penyayang Kehidupan /FKPK 18 Januari 2014 yang lalu di Wisma Perdhaki. Sharing ini merupakan “oleh-oleh” setelah 13 delegasi dari Indonesia (KMKI dan Wanita Katolik RI) menghadiri Kongres XIX Human Life International Asia Pacific di Kinabalu, 14-16 November 2013 dengan tema “Created in the Image and Likeness of God.” *** els